Provinsi D.I. Yogyakarta kembali menorehkan prestasi pada bidang pariwisata. Bersama Desa Wisata Jatiluwih, Bali; Desa Wisata Wukirsari, Imogiri, Bantul menerima penghargaan Best Tourism Villages 2024 dari organisasi pariwisata dunia UNWTO (United Nations World Tourism Organization) edisi keempat yang diselenggarakan di Cartagena de Indias, Kolombia, Kamis, 14 November 2024, atau Jumat, 15 November 2024, waktu Indonesia.
Penghargaan Best Tourism Villages atau Desa Wisata Terbaik Dunia itu
bertujuan untuk menjaring desa-desa yang berhasil mengembangkan pariwisata
secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat dan melestarikan
tradisi lokal. Program itu menghimpun jaringan desa wisata global terbesar
dengan 245 desa hingga 2024. Wukirsari dan Jatiluwih berhasil mengikuti
jejak Desa Wisata Nglanggeran, DIY yang meraih gelar pada 2021 dan Desa
Wisata Panglipuran, Bali pada 2023.
Wakil Desa Wisata Tingkat Dunia dari Indonesia jadi 4, yakni
2 dari DIY, dan 2 dari Bali. Keempat desa wisata tersebut telah memiliki
sertifikat desa wisata berkelanjutan serta lolos sembilan poin penilaian desa
wisata Tingkat dunia. Penilaian tersebut yakni (1) sumber daya alam dan
budaya; (2) promosi dan konservasi sumber daya budaya; (3) keberlanjutan
ekonomi; (4) keberlanjutan sosial; (5) keberlanjutan lingkungan; (6)
pengembangan pariwisata dan integrasi rantai nilai; (7) tata kelola dan
prioritas pariwisata; (8) infrastruktur dan konektivitas; serta (9) jaminan
kesehatan, keselamatan, dan keamanan (UNWTO, 2024).
Desa Wisata Wukirsari pada tahun 2023 meraih Juara 1 pada
klasifikasi Desa Wisata Maju pada ADWI (Anugerah
Desa Wisata Indonesia) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia.
Selain itu Wukirsari juga memecahkan rekor MURI dengan jumlah pembatik terbanyak
(640 orang) di Indonesia, menjadi daya Tarik wisatawan. Kenaikan kelas desa
wisata Wukirsari cukup cepat, dari juara ADWI pada tahun 2023 menjadi Tingkat
dunia UNWTO di tahun 2024, karena memiliki dua warisan budaya tak benda dunia. Dua warisan ini adalah
berupa batik dan wayang (300 perajin). Wukirsari berubah dari desa buruh batik
menjadi desa wisata batik inovatif, memadukan warisan budaya dengan praktek
ekonomi kreatif berkelanjutan. Kerajinan batik Wukirsari merupakan batik tulis warisan
Kerajaan Mataram Islam sejak Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1634.
Desa Wisata
Wukirsari
juga menjadi model pariwisata berkelanjutan karena inisiatif “Becik
Resik Karangkulon”, yakni program zero waste, pengelolaan sampah
bebas plastik. Kegiatan pasar lokal seperti Sor Jati dan Jolontoro mempromosikan nilai-nilai tradisional dengan menggunakan
dedaunan dan bahan alam sebagai bungkus untuk menghindari konsumsi plastik. Selain
itu Wukirsari juga menekankan konservasi air dan perlindungan keanekaragaman
hayati untuk mempertahankan lingkungan alam. Komitmen ini telah mengukuhkan Wukirsari sebagai Pariwisata
Berkelanjutan yang tersertifikasi Desa oleh Dewan Pariwisata Berkelanjutan Indonesia (ISTC).
Wukirsari juga menetapkan standar pelayanan sesuai ISO
9001:2015, memastikan wisatawan
memperoleh keramah-tamahan tinggi saat menikmati budaya lokal Wukirsari. Ada
standar pada setiap aspek wisata mengikuti prosedur pelayanan dari kedatangan
hingga pengalaman tinggal yang ramah dan berkesan (UNWTO, 2024). Wukirsari
menggabungan manajemen modern dengan pesona alam dan warisan budaya.
Pengembangan Desa Wisata merupakan langkah
pemerintah untuk menggali potensi baru kepariwisataan di daerah, juga untuk
mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa, yang pada akhirnya
dapat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat setempat. ADWI merupakan
transformasi dari kebijakan pembangunan Desa Wisata yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2021 hingga saat ini.
ADWI diharapkan dapat menjadi wahana promosi wisata bagi wisatawan domestik
maupun mancanegara, serta memotivasi pemerintah desa dan pemerintah daerah di
seluruh Indonesia untuk dapat mengembangkan dan menggali potensi wisata di
daerahnya.
Peserta ADWI merupakan desa-desa wisata
unggulan di seluruh Indonesia, pada malam puncak ADWI akan dipilih beberapa
desa wisata terbaik sesuai nominasi. Pada ADWI tahun 2024 pada 17 November
2024, wakil DIY meraih Juara 1 Kategori Desa Wisata Maju yakni Desa Wisata
Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo; dan Juara 1 Kategori Kelembagaan dan SDM
yakni Desa Wisata Krebet, Pajangan, Bantul. Desa Wisata Sambirejo, Prambanan,
Sleman dan Kampung Wisata Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta juga meraih
penghargaan kategorei Desa Wisata Berkalanjutan. Semoga ADWI ini membawa dampak
secara langsung bagi desa wisata tersebut, baik secara ekonomi, sosial, dan
budaya dalam masyarakat.
Yogyakarta, 18 November 2024
Ttd
Arif Sulfiantono, M.Agr.,
M.S.I.
Penyuluh Wisata Dispar DIY
& Dosen Praktisi Prodi Bisnis Perjalanan Wisata Sekolah Vokasi UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar