Rabu, 04 September 2024

WISATA SUMBU FILOSOFI


12 tahun lalu hari bersejarah bagi identitas dan budaya istimewa Yogyakarta, yakni saat disahkan Undang-undang No. 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 31 Agustus 2012. 11 tahun kemudian disusul penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi pada tanggal 18 September 2023.

Dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, Sumbu Filosofi Yogyakarta bertajuk lengkap The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Konsep tata ruang Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah Utara.

Terbit di Redaksi OPINI koran Kedaulatan Rakyat tanggal 4 September 2024 halaman 11

Struktur jalan tersebut termasuk beberapa kawasan disekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia. Meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta, antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Sumbu Filosofi yang terletak di pusat kota membuat eksistensi atribut-atribut Sumbu Filosofi tersebut harus berdampingan dengan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi yang cukup dinamis. Keunikan dan kekhasan dari Sumbu Filosofi menjadi destinasi wisata unggulan Yogyakarta. Sepanjang Tugu hingga Kraton Yogyakarta hampir tidak pernah ‘tidur’ atau sepi dari wisatawan atau pengunjung. Pemda DIY dan beberapa komunitas pegiat wisata membuat paket wisata Sumbu Filosofi.

Dinas Kebudayaan DIY (Kundha Kabudayan) membuat paket keliling Sumbu Filosofi dengan menggunakan armada Bus. Armada yang diberi nama Jogja Heritage Track (JHT) diawali dari Kantor Disbud DIY melewati Tugu Pal Putih menuju Museum Sonobudoyo untuk melihat keraton dilanjutkan menuju Panggung Krapyak sebelum akhirnya kembali ke Kantor Disbud DIY. Tur dengan JHT selama sekitar1,5 jam ini terasa mengasyikan dan menyenangkan.

Bus JHT melayani tiga kali perjalanan setiap Senin-Jumat, dan Sabtu dua kali perjalanan. Total bus JHT melayani 17 kali perjalanan selama Senin-Sabtu dengan target sebesar 1.360 track per tahun (Humas Pemda DIY, 2023). Sayangnya track ini tidak diawali dari daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), yakni dari Panggung Krapyak, sehingga ada yang ‘hilang’ dari makna Sumbu Filosofi.

Kemudian Pokdarwis Suryatmajan, Kemantren Danurejan yang masih satu kawasan dengan Malioboro merintis wisata sepeda Sumbu Filosofi yang diberi nama ‘Onthel Cycling Heritage Tour’. Wisata ni menggunakan sepeda onthel Jawa menyusuri rute kawasan Kotabaru, Tugu Pal Putih, Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, Kepatihan atau Kantor Gubernur DIY, Kampung Ketandan, Jalan Margo Mulyo, Kawasan Titik Nol, Pasar Beringharjo, Lorong Sayur Suryatani Kampung Suryatmajan, dan kembali ke titik berangkat di Kampung Suryatmajan.

Walaupun wisata onthel tersebut kurang mengena Sumbu Filosofi tetapi dapat mengenalkan Sejarah Keistimewaan DIY. Peminatnya-pun lumayan banyak. Paket wisata yang tak kalah unik dan menarik adalah wisata ‘Abdi Dalem’ Kraton Jogja. Wisatawan diberi seragam pakaian Abdi Dalem Kraton Jogja, termasuk yang putri dirias sanggul lengkap seperti Abdi Dalem Kraton.

Wisatawan kemudian diajak masuk ke dalam Kraton untuk berpraktek seperti Abdi Dalem, dan diakhiri dengan makan siang khas sajian Kraton di Bale Raos. Sayangnya paket wisata terbatas ini baru tahap uji coba, belum di-launching untuk wisatawan umum. Paket wisata sejenis ini juga dilakukan oleh Pokdarwis Kadipaten Kemantren Kraton dengan paket ‘Dinner’ di Dalem Kaneman. Wisatawan makan malam khas kuliner Jogja dengan pakaian Gagrak Jogja sambil menikmati tarian khas Jogja.

Wisata Sumbu Filosofi ternyata memiliki daya Tarik bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, sehingga perlu ‘digarap’ secara serius. Masyarakat perlu digandeng untuk ikut terlibat, tentu dalam bentuk kelembagaan resmi. Misalnya sepanjang Tugu Pal Putih sampai Panggung Krapyak sudah ada kampung wisata Cokrodiningratan, Sosromenduran, Ratmakan, Suryatmajan, Sayidan, Kauman, Dipowinatan, dan Tamansari. Kampung wisata ini dapat diberdayakan melalui pelibatan dalam pembuatan atraksi wisata Sumbu Filosofi. Tidak ketinggalan Pentahelix (Pemerintah, Masyarakat, Akademisi, Media, Bisnis) perlu dilibatkan secara intensif untuk menunjang wisata Sumbu Filosofi.

Yogyakarta, 26 Agustus 2024

Ttd

 

Arif Sulfiantono, S.Hut., M.Agr.

Penyuluh Wisata Dinas Pariwisata DIY & Dosen Praktisi Prodi Bisnis Perjalanan Wisata Sekolah Vokasi UGM