Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyatakan bahwa
pariwisata global telah berada pada kondisi pemulihan hampir 90% seperti
situasi sebelum pandemi Covid-19. Menurut data UNWTO (2023) 975 juta wisatawan melakukan
perjalanan internasional antara Januari dan September 2023, meningkat 38%
dibandingkan bulan yang sama tahun 2022. Hal ini juga dibuktikan dengan jumlah kunjungan
wisatawan dari luar yang berlibur ke Yogyakarta selama Nataru sekitar 7 juta orang
(KR, 31/1).
Pariwisata adalah
sektor unggulan pembangunan yang telah direncanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah
dengan tujuan menjadi salah satu kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Arah
perencanaan pembangunan pariwisata sangat penting untuk diperhatikan, salah
satunya mengarah pada konsep yang berkualitas (quality tourism).
Menurut Jeff
Bezos -pendiri amazon.com- (2021) pada era digital, pariwisata harus berinovasi
memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan yang terus berkembang. Pariwisata
merupakan salah satu pilar pembangunan nasional sekaligus berfungsi sebagai
pendukung pertumbuhan ekonomi, berkelanjutan, dan inklusif. Bahkan pariwisata
dapat untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
Hal ini
diaplikasikan dalam penerapan Desa Mandiri Budaya sejak 2021 melalui Dana
Keistimewaan (Dais). Gubernur DIY -Sri Sultan HB X- menginginkan hasil Dais nanti
seperti Desa Wisata Nglanggeran (Gunungkidul), Mangunan (Bantul), dan Breksi
(Sleman) yang bertransformasi menjadi desa maju melalui pariwisata. Sayangnya mayoritas
kalurahan penerima Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Desa Mandiri Budaya (DMB)
melalui Dais masih latah dalam membangun wisata didesanya.
Latah disini yakni meniru destinasi wisata dengan
membangun obyek wisata seperti spot selfie, tanpa membuat kajian dan
perencanaan yang matang. Obyek wisata seperti ini dianggap oleh Desa dapat
menarik banyak wisatawan, padahal hanya berusia pendek. Membanjir di awal
karena faktor media sosial, kemudian menurun drastis, karena ada faktor
kebosanan.
Hal ini
dialami oleh Desa Wisata Nglanggeran yang pada awalnya fokus pada wisata Gunung
Api Purba. Pada tahun 2014 pengunjung wisata Nglanggeran mencapai 325.303 orang
(476 diantaranya mancanegara), omset Rp 1.422.915.000,-. Ternyata banyaknya
pengunjung juga membawa dampak buruk, seperti sampah dan vandalism.
Kemudian
Nglanggeran mengubah strategi pada quality tourism, yakni edukasi coklat,
belajar budaya, pertanian, dll. Pada tahun 2019
pengunjung wisata Nglanggeran turun menjadi 103.107 orang, tapi omset mencapai
Rp 3.273.593.400,-. Terbukti pariwisata berkualitas dapat menaikkan pertumbuhan
ekonomi desa.
Dalam quality tourism ada 3 unsur
yang perlu diperhatikan. Pertama, durasi wisatawan tinggal di destinasi
(Length of Stay/LoS), tidak hanya kuantitas wisatawan (quantity
tourism) yang dihitung. Kedua, pengeluaran wisatawan selama
berwisata atau jumlah belanja di destinasi. Ketiga adalah penciptaan
lapangan kerja. Wisata di Nglanggeran mampu mencegah angka urbanisasi ke kota, generasi
muda memilih mengembangkan atraksi wisata desa seperti edukasi wisata geopark,
pertanian, budidaya coklat, hingga terapi Spa menggunakan bahan dari herbal lokal.
Salah satu strategi pariwisata menuju quality
tourism sehingga mempunyai nilai lebih dan berbeda (tidak latah) adalah
dengan identifikasi USP (Unique Selling Point). Dengan USP destinasi
akan memiliki karakter atau DNA
yang kuat, yang membedakan dengan desa lainnya. Menurut Capsey (2010)
identifikasi USP merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan sebuah wilayah
untuk mengembangkan kepariwisataannya sehingga tepat sasaran dan berbeda dengan
wilayah lainnya.
Melalui keunikannya dan berbeda, destinasi
pariwisata ini akan menjadi menonjol dan menarik dengan sendirinya untuk
dikunjungi. Dengan keunikannya, maka paket wisatapun dikelola dengan ekuitas
yang kuat tanpa melakukan perang harga antar wilayah destinasi wisata atau
antar desa wisata. Selain itu juga dapat meningkatkan loyalitas pengunjung
sehingga dapat meningkatkan LoS atau menambah durasi tinggal.
Desa wisata Nglanggeran terkenal karena
keberhasilan pemberdayaan Masyarakat di sektor wisata dari atraksi wisata
edukasi Geopark dan budidaya coklat. Wisatawan lebih mengenal Desa wisata
Jatimulyo, Kulon Progo sebagai destinasi wisata pengamatan burung liar di alam
(birding/avitourism). Desa wisata Wukirsari, Bantul dikenal wisatawan
sebagai desa wisata batik, apalagi dibuktikan dengan meraih rekor MURI kategori
perajin batik terbanyak di ajang ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) tahun
2023.
Yogyakarta, 1 Februari 2024
Ttd
Arif Sulfiantono, M.Agr.,
M.S.I.
Pendamping Desa Mandiri
Budaya DIY & Dosen Praktisi Prodi Bisnis Perjalanan Wisata Sekolah Vokasi
UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar