Indonesia resmi menjadi tuan rumah World Tourism Day atau Hari Pariwisata Dunia pada 27 September 2022 ini. Keputusan itu disahkan pada Sidang Majelis Umum ke-24 Organisasi Pariwisata Dunia (United Nations of World Tourism/UNWTO) di Madrid, Spanyol pada tahun 2021.
Peringatan Hari Pariwisata Dunia akan dipusatkan di Bali, dengan mengusung tema ‘Rethinking Tourism’. Tema ini bertujuan untuk menginspirasi diskusi seputar memikirkan kembali pariwisata untuk pembangunan, termasuk dalam hal pendidikan dan pekerjaan, dan dampak pariwisata terhadap keberlangsungan planet bumi. Terutama memikirkan kembali pariwisata setelah pandemi Covid-19.
Percepatan pemulihan pariwisata dunia harus terus dilakukan, oleh karena itu kegiatan dipusatkan di Bali, destinasi wisata unggulan Indonesia yang memperoleh dampak besar pandemi Covid-19. Untuk pariwisata DIY sendiri mengalami dampak yang cukup besar bagi pengelola destinasi wisata.
Dalam Statistik Kepariwisataan DIY, jumlah destinasi atau obyek wisata di DIY pada tahun 2021 yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya, obyek wisata buatan, dan desa/kampung wisata sebanyak 274 obyek wisata (Dispar DIY, 2021). Masih ada beberapa obyek wisata yang sementara tidak beroperasi karena terdampak Covid-19, sehingga berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke DIY.
Keseluruhan kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY pada tahun 2019 sebanyak 433.027 orang, tahun 2020 sebanyak 69.968 orang, dan tahun 2021 sebanyak 14.740 orang. Ada penurunan minus 83% dari tahun 2019 ke 2020, dan minus 78,93& dari tahun 2020 ke 2021 (Statistik Pariwisata DIY 2021). Untuk wisatawan nusantara pada tahun 2019 sebanyak 6.116.354 orang, tahun 2020 sebanyak 1.778.580 orang, dan tahun 2021 sebanyak 4.279.985 orang.
Ada pertumbuhan positif dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 140,64%; dari sebelumnya mengalami penurunan dari tahun 2019 ke 2020 sebesar minus 70,92% (Statistik Pariwisata DIY 2021). Angka ini menunjukkan bahwa pariwisata DIY masih didominasi oleh wisatawan lokal atau nusantara. Hasil positifnya adalah pariwisata di DIY lebih cepat pulih.
Pariwisata adalah pilar pembangunan yang menyerap banyak lapangan kerja, inklusif, dan berkelanjutan. Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada tahun 2018, sektor pariwisata mempunyai dampak pada pengganda output, nilai tambah, pendapatan, dan tenaga kerja sebesar rata-rata di atas 2. Angka rata-rata ini menunjukkan peningkatan pendapatan di sektor pariwisata sebesar satu satuan (dalam juta rupiah) akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian nasional sebesar 2.
Begitu juga untuk pengganda output, nilai tambah, dan tenaga kerja pada sektor pariwisata akan meningkatkan output, nilai tambah, dan peningkatan penambahan tenaga kerja secara nasional. Industri pariwisata merupakan salah satu industri padat karya dengan lingkup bisnis, restoran, penginapan, pelayanan perjalanan, transportasi, pengembangan daerah tujuan wisata, fasilitas rekreasi dan atraksi wisata.
Informasi yang menarik di DIY ternyata kunjungan pariwisata juga didukung oleh adanya event atau festival seni dan budaya. Data dari Jogja Festivals Forum sebagai kumpulan penyelenggaran event di DIY data pengunjung festival di DIY pada tahun 2018/2019 sebanyak 449.673 orang. Event di DIY ini mempunyai dampak ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.
Untuk dampak ekonomi adalah meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan membuka peluang bisnis baru. Dampak sosial budaya berupa menumbuhkan kebanggaan masyarakat, melahirkan solidaritas dan kebersamaan, serta mengedukasi komunitas. Sedangkan dampak lingkungan adalah mengembangankan potensi daerah, mempromosikan destinasi wisata dan membangun citra daerah.
Hotel Grand Mercure, 26 September 2022 pukul 21.05