Pada tahun 1985 tim ilmuwan Inggris tidak sengaja menemukan sebuah lubang akibat kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan dan lubang ini bisa mengancam kehidupan di planet bumi. Lapisan ozon merupakan perisai pelindung bumi yang berada di laposan stratosfer (10-50 km di atas permukaan bumi) yang berfungsi menyerap radiasi ultraviolet yang dipancarkan dari matahari.
Tanpa lapisan ozon, semua makhluk yang ada di bumi takkan bisa bertahan hidup. Menyikapi temuan ilmuwan Inggris tersebut, PBB untuk pertama kalinya pada 1985 menyusun sebuah konvensi di Wina untuk melindungi ozon. Pada 16 September 1987, sekitar 50 negara dunia meratifikasi Protokol Montreal di kota Montreal, Kanada.
Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 16 September tersebut sebagai Hari Pelestarian Lapisan Ozon Sedunia dalam resolusi 49/114 pada 1987. Menipisnya lapisan ozon merupakan respon alami terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
Pada tahun 80-90an penggunaan zat klorofluorokarbon (CFC) secara massif merusak lapisan ozon (Setiadi, 2020). CFC adalah sekelompok senyawa yang mengandung unsur klorin, fluor dan karbon. CFC dikenal karena sifatnya yang stabil, tidak reaktif, tidak beracun, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mudah terbakar.
Lapisan ozon dapat diperbaiki dengan menekan laju perubahan iklim, pemanasan global dan menjauhi pemakaian zat-zat atau senyawa yang merusak ozon secara massif. Lama proses perbaikan atmosfer bumi sulit ditentukan dengan pasti mengingat semua proses yang terjadi di atmosfer adalah proses non linier yang melihatkan banyak faktor.
Untuk mencegah menipisnya lapisan ozon, Indonesia punya komitmen mengurangi laju perubahan iklim dan pemanasan global. Target yang dicapai adalah penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% tahun 2030, atau sebanyak 859 juta ton emisi setara karbon dioksida. Tekad yang diajukan dalam Perjanjian Paris 2015 itu akan dicapai melalui mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global.
Menurut Ruandha Agung, -Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan- target tersebut dapat dicapai jika semua pihak berkolaborasi. Aksi perubahan iklim Indonesia ini disebut Indonesia Climate Action Network, yang disingkat ICAN dengan slogan Theres no Planet B. I CAN. Together we can.
Pandemi Covid-19 adalah salah satu dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global. Virus-virus ganas yang awalnya ‘sembunyi, akhirnya keluar karena gangguan keseimbangan ekologi dan membahayakan eksistensi manusia. Dampak dari pandemi memang bumi mampu melakukan perbaikan, karena aktivitas manusia berkurang, terutama aktivitas industri dan transportasi yang mengakibatkan polusi.
Masalahnya, pandemi sebagai solusi bukan pilihan. Pandemi sebagai sebab dan dampak adalah keniscayaan yang mesti dihadapi melalui kebijakan negara yang efektif dalam mencegah dampak menipisnya lapisan ozon (Hafsyah, 2020). Sebab, di luar pandemi, pelbagai bencana sudah mengintip akibat tidak seimbangnya ekologi di bumi.
Dampak ketidakseimbangan ekologi bumi lebih dahsyat daripada pandemi. Oleh karena itu, penting bagi kita dengan kesadaran untuk menjaga bumi dengan tidak hanya menekankan pada adaptasi namun mitigasi. Aksi nyata tingkat lokal yang dilakukan secara terus-menerus akan menular juga, seperti daur ulang sampah; penggunaan produk ramah lingkungan; penghijauan lahan kritis; dan lain-lain.
Demikian pula yang dilaksanakan oleh Forum Upcycle Indonesia (FUI) dalam memperingati Hari Lapisan Ozon melaksanakan kegiatan Artcycle Talk, yakni kegiatan pameran produk re/up-cycle di River house, Kasihan, Bantul. Produk ini menggunakan material limbah berbasis plastik, kertas, logam, kain, kayu, gelas/kaca dan minyak.
Kegiatan yang diinisasi oleh seniman Jogja ini juga melibatkan aktivis pengolah limbah sampah DIY sehingga dapat bernilai ekonomi kembali (economic circular). Harusnya tahun 2020 ini FUI menyelenggarakan seminar ilmiah, pameran produk; dll tentang Upcyle (pengolahan limbah sampah) dengan melibatkan narasumber tingkat dunia di Yogyakarta.
Pandemi menyebabkan kegiatan dievaluasi kembali untuk dilaksanakan sesuai protokol. Kegiatan Artcycle Talk dipilih karena ada nilai ekonomi didalamnya yang diharapkan dapat menanggulangi dampak ekonomi pandemi. Pelajaran dari pandemi adalah bahwa penanganan menipisnya lapisan ozon, adalah pekerjaan rumah kita semua, yakni Penjaga Ozon.
Yogyakarta, 14 September 2020 pukul 15.15 WIB
Arif Sulfiantono,S.Hut.,M.Agr.,M.S.I.
Koordinator Jejaring Ahli Perubahan Iklim & Kehutanan (APIK) Indonesia Region Pulau Jawa & panitia seminar Upcycle Indonesia 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar