Secara umum kesadaran kelompok kaum muda,
khususnya kelompok milenial terhadap isu-isu lingkungan hidup dan konservasi
alam. Bahkan banyak kelompok milenial yang aktif sebagai relawan pelestarian
lingkungan demi kehidupan yang lebih baik. Peran generasi milenial dalam
aksi-aksi konservasi alam ini sangat besar,
Generasi milenial menyadari bahwa saat ini
kerusakan alam negeri ini semakin tidak terkendali. Laju kerusakan hutan,
kebakaran, perdagangan tumbuhan satwa liar dilindungi, pencemaran air, hingga
musnahnya terumbu karang semakin nyata. Negeri yang dijuluki zamrud
khatulistiwa karena melimpah kekayaan alam dan lingkungan hidup semakin
terancam.
Melalui
Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2009, tahun ini Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengusung tema ‘Spirit Konservasi Alam Milenial’. Partisipasi aktif dan sifat
kritis generasi milenial, khususnya di media sosial diharapkan dapat
menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap konservasi keanekaragaman hayati di
tanah air.
OPINI koran Kedaulatan Rakyat tanggal 10 Agustus 2019 halaman 11
Generasi milenial adalah generasi
yang lahir pada rentang tahun 1990an hingga 2000an. Jika diperhatikan dari
tahun kelahiran tersebut, generasi milenial adalah anak-anak muda yang saat ini
berusia antara 18-38 tahun. Mereka adalah generasi yang pada saat
ini memegang peran penting dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan
bernegara (Suyitno, 2018)
Generasi millenial ini dilahirkan
dalam kondisi zaman yang serba mudah dan
tersedia berbagai kemudahan. Mereka sejak awal kelahirannya sudah dapat menyaksikan
TV berwarna yang dilengkapi dengan remote
controll. Sejak masa sekolah, mereka sudah menggunakan handphone dan bahkan saat ini mereka sudah berganti smartphone. Dalam kehidupan kesehariannya,
mereka selalu membutuhkan jaringan internet dan selalu berusaha untuk selalu terhubung
dengan jaringan internet (Suyitno, 2018). Eksistensi sosial mereka ditentukan dari jumlah “pengikut” dan “penyuka”.
Tujuan tema HKAN ‘Spirit Konservasi Alam Milenial’ adalah agar
konservasi dapat dipahami oleh generasi muda. Tanggungjawab konservasi alam
merupakan tanggungjawab bersama, termasuk generasi mudanya yang merupakan
pewaris negeri. Kota
Batam dipilih sebagai lokasi puncak peringatan HKAN 2019, karena mempunyai
hutan yang berada di tengah kota industri Batam. Hal ini menjadikannya isu
strategis mempertahankan kawasan konservasi di tengah laju industrialisasi di
era generasi milenial.
Praktik riil konservasi alam oleh generasi
milineal dicontohkan Paguyuban Pengamat Burung Jogjakarta (PPBJ). Melalui
kegiatan PPBJ lahirlah Atlas Burung Jogjakarta (ABJ) seperti Jogja Bird Atlas, Jogja Interest Bird Map, hingga buku Capung
di Yogyakarta. PPBJ sendiri bardiri
pada tahun 2005 yang digagas oleh generasi milenial dari organisasi pengamat
burung beberapa kampus di Yogyakarta (Anonim, 2016). Bahkan PPBJ beberapa tahun
terakhir mempunyai binaan yakni desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo,
Kulonprogo.
Cukup banyak
kegiatan dilakukan di desa Jatimulyo untuk konservasi burung local yang menjadi
incaran pemburu dan pedagang. Akhirnya pada tahun 2014 terbit Peraturan Desa
(Perdes) Nomor 8 tentang larangan berburu segala jenis satwa liar di wilayah
Desa Jatimulyo. Sejak saat itulah Desa Jatimulyo mendapat julukan ‘Desa Ramah
Burung’.
Kelahiran
Atlas Burung Jogjakarta (ABJ) memicu lahirnya Atlas Burung Indonesia (ABI).
Melalui kegiatan Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) ke-5 di Bandung,
Jawa Barat pada tahun 2015 dilaksanakan pengerjaan ABI. Apalagi setelah adanya
peluncuran aplikasi ‘burungnesia’ pada smartphone pada tahun 2017 semakin
memudahkan dalam pengerjaan ABI. Semuanya dikerjakan oleh generasi milenial yang
peduli pada konservasi alam, terutama kedaulatan akan kekayaan jenis
keanekaragaman hayati negeri.
Kegiatan
konservasi ini dikerjakan secara swadaya, tanpa bantuan dari
pemerintah, swasta maupun LSM. Dibalik ancaman globalisasi dengan adanya
kecanggihan teknologi dan kemudahan akses informasi, kiprah mereka patut
diapresiasi dan didukung. Terutama semangatnya untuk tetap menjaga kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bidang menjaga kelestarian alam demi
masa depan anak-cucu.
Yogyakarta, 7 Agustus 2019 pukul 11.00 WIB
Ttd
Arif
Sulfiantono,S.Hut,M.Sc.,M.S.I.
Fungsional
PEH
TNGM &
Koordinator Ahli Perubahan Iklim & Kehutanan (APIK) Indonesia Region Pulau Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar