Untuk
mengajarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, Allah SWT menurunkan Rasulullah
Saw untuk membina ummat selama kurang lebih 23 tahun. Metode yang digunakan
adalah tarbiyah atau pendidikan. Tak heran kader-kader yang dibina oleh
Rasulullah Saw adalah generasi hebat yang selalu dikenang sepanjang masa.
Cahaya Jumat Tribun Jogja 4 Mei 2018
Melalui pendidikan
tarbiyah mereka mencapai derajat yang tinggi, yakni orang-orang yang
berilmu. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan
menjadi manfaat dan barokah bagi alam berikut isinya. Tanpa iman, akal akan
berjalan sendirian sehingga muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan
membahayakan manusia.
Demikian pula iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah
terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengelola alam berikut isinya. Sedemikian
pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang
tinggi baik di sisi Allah SWT maupun manusia (QS. Al Mujadilah (58) : 11).
Bahkan setan kewalahan terhadap muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia
tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat setan.
Sahabat Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore
hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat
dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai
kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka
akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana
hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya
dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya.
Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya
karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal
shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor kemunduran ummat dan
penyebab kerusakan. Oleh karena itu, Rasulullah Saw menggunakan metode tarbiyah
melalui pengajaran di emperan masjid Nawabi, Madinah (Shuffah).
Rasulullah Saw menunjuk Ubaidah bin Shamit ra menjadi guru di madrasah Al-Shuffah untuk
mengajar tulis-menulis dan ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Komunitas ilmuwan Islam ini kemudian
mewariskan ilmunya ke generasi berikutnya dan demikian selanjutnya sehingga
membentuk tradisi keilmuan dan juga disiplin ilmu. Melalui pendidikan yang dilandasi aqidah yang benar akan
menjadi manusia yang berilmu sehingga terhindar dari ketergelinciran pada
maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah-belah. Bahkan semua permasalahan
umat Islam dapat diselesaikan jika kembali pada worldview Islam dan tradisi keilmuan. Allahu ‘alam.
Patangpuluhan, 3 Mei 2018, pukul 17.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar