Hari
ini, tanggal 29 Mei adalah hari bersejarah bagi ummat Islam, karena 600 tahun
yang lalu peradaban Islam mengalami perubahan besar. Tanggal 20 Jumadil Awal
857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad Al-Fatih bersama
pasukan muslim berhasil memasuki jantung Romawi Timur, kota Konstantinopel.
Kota ini merupakan salah satu kota terpenting di dunia yang dibangun pada tahun
330 M oleh Kaisar Theodosius, dan memiliki benteng pertahanan yang sangat sulit
untuk ditembus.
Menara mirip Masjid di selat Bosphorus, Istanbul, Turki (gambar dari Umroh + Turki
PT Labbaika Cipta Imani 22 April-7 Mei 2024)
PT Labbaika Cipta Imani 22 April-7 Mei 2024)
Sejak
didirikan Konstantinopel, pemerintah Byzantium (Romawi Timur) menjadikannya
sebagai ibukota pemerintahan. Kota ini merupakan kota terbesar yang dilindungi
benteng terkuat di dunia, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu
selat Bosphorus, laut Marmara, dan Selat Tanduk Emas (Golden Horn Straits).
Laut di depan benteng Konstatinopel juga dijaga dengan rantai yang sangat
besar, hingga tidak memungkinkan kapal musuh masuk ke dalamnya. Napoleon
sendiri menggambarkan Konstatinopel sebagai berikut, “ … kalaulah dinia ini sebuah Negara, maka Konstatinopel inilah yang
paling layak menjadi ibukota negaranya.”
Bisyarah
atau kabar gembira jatuhnya Konstantinopel ke ummat Islam sudah disampaikan
oleh Rasulullah Muhammad Saw. Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “bahwa
ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah Saw untuk menulis, tiba-tiba Beliau
Saw ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih
dahulu, apakah kota Konstantinopel atau Roma. Rasulullah Saw menjawab, kota
Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstatinopel).” [HR. Ahmad]. Dalam hadist
lain Rasulullah Saw mengatakan, “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel,
sehebat-hebat Pemimpin Perang adalah Pemimpinnya, dan sekuat-kuatnya pasukan
perang adalah pasukannya.” [HR Ahmad].
Kota
Konstantinopel sendiri bukanlah kota yang mudah ditaklukkan. Kota ini dapat
menahan serangan dari berbagai penjuru dan berhasil menetralkan ancaman yang
datang kepadanya karena memiliki system pertahanan yang sangat maju pada
zamannya. Kota ini dikelilingi tembok yang luar biasa tebal dan tinggi, yakni
tinggi sekitar 18 meter dan tebal 3 lapis, tidak ada satupun teknologi yang
dapat menembus tembok ini. Sultan Muhammad Al- Fatih sampai harus menyiapkan
dengan membuat meriam raksasa yang dapat melontarkan peluru seberat 680 Kg.
Awal
penyerangan Konstantinopel dilakukan pada tanggal 6 April 1953 dan terkenal dengan nama ‘The Siege of Constantinople’. Pasukan muslim Al Fatih sebanyak
250.000 orang dibagi menjadi tiga, yaitu pasukan laut dengan 400 kapal perang
menyerang melalui laut Marmara, kapal-kapal kecil menembus selat Tanduk Emas,
dan sisanya melalui jalan darat menyerang dari sebelah Barat Konstantinopel.
Serangan pasukan Al-Fatih dapat digagalkan oleh pasukan Konstantinopel yang
bertahan di bentengnya, belum lagi serangan bantuan dari negeri Kristen lewat
laut menambah berat pertempuran pasukan muslim.
Sampai
tanggal 21 April 1453 tidak sedikitpun tanda-tanda kemenangan akan dicapai
pasukan Al-Fatih, sehingga mereka mencoba suatu cara yang tidak terbayangkan
kecuali oleh orang yang beriman. Dalam waktu semalam pasukan Al-Fatih dapat
memindahkan 70 kapal dari selat Bosphorus menuju selat Tanduk Emas. Pengepungan
ini terus berlanjut sampai dengan tanggal 27 Mei 1453. Sultan Muhammad Al-Fatih
melihat kemenangan semakin dekat, sehingga mengumpulkan para pasukannya dan
berkhutbah:
“Jika
penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah Saw telah menjadi
nyata dan salah satu mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan memperoleh
bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadist ini, yang merupakan
kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu
persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini akan menambah
ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu wajib bagi setiap pasukan menjadikan
syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang
melanggar syariat yang mulia ini. Hendaklah mereka tidak mengusik tempat-tempat
peribadatan dan gereja-gereja. Hendaklah mereka jangan mengganggu para pendeta
dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
Muhammad
Al-Fatih sangat paham bahwa kemenangan hanya akan tercapai dengan ijin dan
pertolongan Allah SWT, bukan karena kecerdasan, strategi perang maupun kekuatan
pasukannya. Maka ia meminta seluruh pasukan muslim untuk bermunajat pada Allah,
menjauhkan diri dari maksiat, dan bertahajud pada malam harinya. Tanggal 29 mei
1453 serangan terakhir diluncurkan, dan sebelum ashar Sultan Al-Fatih sudah
menginjakkan kakinya di gerbang masuk Konstantinopel. Berakhirlah pengepungan
selama 52 hari dan penantian panjang akan janji Allah selama 800an tahun
lamanya. Konstantinopel terbebaskan oleh pemimpin dan pasukan terbaik.
Peristiwa
jatuhnya Konstantinopel memberi 3 pelajaran berharga bagi ummat Islam, yakni:
Pertama,
penaklukan Konstantinopel merupakan proses panjang sejak Rasulullah Saw
bersabda, bukan secara instan dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih. Penaklukan
Konstantinopel sudah dirintis sejak zaman Muawiyah. Sahabat Abu Ayyub al-Anshari
(44 H) pada masa Khalifah Yazid bin Muawiyah pada saat ikut ekspedisi jihad
pasukan muslim minta agar jenazahnya dikubur di bawah kaki pasukan muslim
terdepan. Lokasi makam Abu Ayyub tidak jauh dengan Konstantinopel.
Tanda
makam sahabat ini menjadi milestone bagi mujahid berikutnya. Tercatat Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) pada masa Bani Umayyah, Khalifah Harun
Al-Rasyid (190 H) pada masa Bani Abasiyah, Sultan Beyazid I (796 H) dari
Kesultanan Ustmani, Sultan Murad II (824 H) dari Kesultanan Ustmani berusaha
menaklukan Konstantinopel. Tapi Allah belum mengizinkannya.
Kedua,
jatuhnya Konstantinopel adalah usaha pemimpin dan pasukan terbaik Islam yang
merupakan keberhasilan kaderisasi. Oleh ayahnya ‘Sultan Murad II’, Muhammad II
atau Muhammad Al-Fatih sejak belia dididik oleh ulama-ulama besar seperti
Syaikh Ahmad Al-Kurani yang mengajarkan Al-Quran dan menanamkan ilmu Islam.
Pada usia 16 tahun Al-Fatih telah menguasai 8 bahasa, pelajaran astronomi,
matematika, dan sejarah. Sebagian besar hidupnya Al-Fatih berada di atas kuda,
dan beliau tidak pernah meninggalkan sholat rawatib berikut jamaah, dan
tahajudnya untuk menjaga kedekatannya dengan Allah.
Muhammad
Al-Fatih juga membentuk pasukan elit yang diilatih ilmu agama, fisik dan taktik.
Sejak dini pasukan elit ini dilatih untuk loyal kepada Allah dan Rasul-Nya,
termasuk terjaga sholat berjamaahnya di masjid dan badah qiyamul lail. Total
ada 7000 pasukan elit yang diberi nama Yeniseri (Royal Janissaries).
Ketiga,
Muhammad Al-Fatih sadar bahwa hanya dengan ijin dan pertolongan Allah-lah dapat
menaklukkan Konstantinopel. Ini yang Al-Fatih sangat dijaga hingga
Konstantinopel dapat dikuasai Islam. Sikap sombong, takabur yang
mengagung-agungkan besar dan kuatnya pasukan dibuang jauh-jauh.
Ketiga
ibroh atau pelajaran sangat sesuai
diterapkan dalam dakwah. Bahwa dakwah itu perlu proses yang dijalankan oleh rijalul dakwah (aktivis dakwah) dengan
keilmuan yang mumpuni dan dijalani dengan ikhlas penuh harap akan pertolongan
Allah. Allahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar