3 (tiga) binatang serangga yang
menjadi nama Surat dalam Al-Qur’an, yakni An-Naml (semut), Al-Ankabut
(laba-laba), dan An-Nahl (lebah).. Ketiga serangga kecil ini memberikan banyak
pelajaran bagi manusia.
1.
SEMUT (An-Naml)
Semut terkenal dengan semangat
gotong-royong dan kerja kerasnya. Namun semut juga memiliki kebiasaan rakus
akan makanan. Semut memakan segalanya, mulai dari biji-bijian, bangkai serangga
hingga sisa-sisa sampah.
Semut menghimpun makanan sedikit
demi sedikit tanpa berhenti. Serangga kecil ini dapat menghimpun makanan untuk
bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya
sedemikian besar sehingga ia berusaha dan seringkali berhasil memikul sesuatu
yang lebih besar dari tubuhnya.
Foto macro semut atas seizin Teguh Santosa (macro photographer)
Di zaman ini jelas banyak orang
yang berbudaya seperti semut. Budaya semut adalah ‘budaya menumpuk-numpuk
harta’. Rakus akan harta tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya. Siang malam
berkerja tanpa melihat baik benarnya cara harta didapat. Orang seperti ini
biasanya bersifat kikir enggan berbagi, yang penting dirinya kaya berkecukupan.
Memandang dan mengukur segala sesuatu dari segi materi, yang ada di otaknya
hanya berfikir bagaimana cara mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.
Orang berbudaya hidup seperti semut selalu panjang angan-angan, menganggap
kehidupan dunia adalah kekal. Umurnya dihabiskan hanya untuk mengejar dan
menumpuk-numpuk kekayaan. Sedikit sekali waktunya disisihkan untuk menyiapkan
bekal waktu kembali menghadap sang pencipta.
2.
LABA-LABA (Al-Ankabut)
Laba-laba adalah binatang yang
pintar membangun jaring perangkap. Meski terlihat rapuh namun demikian jaring
ini bukanlah tempat yang aman (QS. Al-Ankabut [29]:41). Apapun yang berlindung
di sana akan binasa. Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabisi oleh
betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling
memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.
Orang berbudaya hidup seperti
kebiasaan laba-laba adalah orang yang cerdik namun cenderung licik. Pintar
merencanakan dan mengatur perangkap. Satu-persatu, helai demi helai jaring
perangkap dibentangkan. Walau terlihat indah tapi tujuan akhirnya adalah
memangsa dan membunuh.
Orang berbudaya laba-laba sangat
merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia
tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan
berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk
kepentingan dan kesenangan pribadi.
Orang hidup meniru gaya laba-laba
adalah orang yang tidak tahu berterimakasih dan berhati dingin. Bukan hanya
musuh yang dihancurkannya tetapi juga teman bahkan orang-orang paling dekat
dengannya juga dikhianatinya. Itu terlihat dari kebiasaan laba-laba yang
membunuh dan memakan sendiri pasangannya, bahkan tak jarang anak-anak laba-laba
yang baru menetas memakan induknya.
3.
LEBAH
(An-Nahl)
Lebah terkenal dengan serangga
yang sangat disiplin, setia dan rela berkorban. Dalam tugas hidupnya pembagian
peran lebah ada lebah pekerja, lebah ratu dan lebah pejantan. Semua bekerja
dengan teratur tanpa pernah saling berkelahi atau mengeluh.
Atas perintah Allah SWT ia
memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal (An-Nahl [16] : 68).
Sarangnya dibuat berbentuk segi enam agar efisen dalam penggunaan ruang. Sumber
makanannya dipilih dari yang baik-baik saja yaitu nektar (sari bunga) dari
bunga yang terbaik dan menghasilkan yang baik pula berupa madu. Sarang lebah
juga terkenal sangat steril sehingga tidak ada bakteri/kuman yang masuk
sehingga tidak ada pembusukan di sarang lebah.
Lebah tidak akan menggangu
kecuali ada yang menggangunya. Sering kali lebah mengorbankan hidupnya hanya
demi mempertahankan sarang dan koloninya karena lebah akan mati begitu satu
serangan sengatan di sarangkan ke penggangunya. Hebatnya lagi, sengatan lebah
ini pun bermanfaat untuk manusia untuk dijadikan obat.
Sikap kita dapat diibaratkan
dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering
menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan. Budaya
'semut' adalah budaya 'aji mumpung'. Pemborosan, foya-foya adalah
implementasinya. Entah berapa banyak juga tipe 'laba-laba' yang ada di
sekeliling kita. Yang hanya berpikir: "Siapa yang dapat dijadikan
mangsa."
Rasulullah Saw mengibaratkan
seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak
menyakitkan : "Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali
yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula
memecahkannya." Semoga kita menjadi ibarat lebah. Insya Allah.
#diolah dari berbagai sumber, untuk buletin KUBAH MERAPI Edisi 4 Bulan Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar