Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang melanda kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) membawa konsekuensi perubahan ekosistem yang
cukup besar. Perubahan ekosistem ini mencakup komponen abiotik, biotik dan sosial
budaya. Perubahan
ekosistem yang disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya vegetasi perlu
direstorasi dengan melakukan penanaman jenis-jenis vegetasi asli yang pernah
ada dalam ekosistem tersebut.
Sebenarnya
secara alami, ekosistem yang terganggu akan dapat memulihkan dirinya sendiri
melalui proses suksesi alam. Namun, mengingat kerusakan ekosistem hutan di TNGM
cukup besar, maka proses suksesinya akan memerlukan waktu yang sangat lama.
Sementara itu, pemulihan ekosistem perlu segera dilakukan untuk mengembalikan
fungsi-fungsi hutan yang hilang seperti fungsi habitat satwa, fungsi lindung
hidrologi dan fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Untuk itu diperlukan campur tangan
manusia dalam rangka membantu mempercepat proses recovery (pemulihan)
ekosistem yang terdegradasi. Campur tangan manusia dalam rangka membantu
pemulihan fungsi-fungsi hutan yang terdegradasi berupa upaya restorasi
ekosistem. Salah satu bentuk campur tangan adalah melalui program Adopsi
Anggrek, variasi dari program Adopsi Pohon yang lebih dahulu dikenal
masyarakat.
Opini koran Kedaulatan Rakyat tanggal 10 Maret 2015
Adopsi
Pohon di Kawasan Konservasi
Program adopsi pohon awalnya dilakukan
oleh Taman Tasional Gunung Gede Pangrango pada tahun 2008 (Hidayat, 2013).
Program ini merupakan penanaman pohon di kawasan konservasi dengan pemeliharaan
selama tiga tahun, termasuk didalamnya terdapat kegiatan pemberdayaan dan
bantuan modal usaha terhadap masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Tujuan program adalah untuk mendorong masyarakat luas agar
lebih peduli terhadap lingkungan dan pemulihan kawasan hutan yang rusak.
Adopter
dalam program adopsi pohon ini berasal dari perorangan maupun kelompok atau
perusahaan yang peduli pada lingkungan hidup. Penanaman pohon oleh Adopter disertai perawatan dan pemeliharaan
secara teratur dengan maksud agar pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik untuk
jangka panjang. Perawatan dalam program ini mencangkup penyulaman tanaman yang
mati, pemeliharaan tanaman dengan pemupukan dan pencegahan terhadap gangguan
hama, penyakit dan gulma. Pelaksana pemelihara pohon adopsi adalah masyarakat
sekitar kawasan konservasi dengan biaya dari Adopter.
Adopsi
Anggrek Merapi
Sebelum erupsi tahun 2010, lereng
Selatan Gunung Merapi dari bukit Turgo sampai Kinahrejo menyimpan 67 jenis
Anggrek yang terdiri dari 45 genus (Sulistyono, 2009). Pada tahun 2011
dilakukan inventarisasi Anggrek lagi di kawasan hutan bukit Turgo yang terdampak
erupsi ringan dengan kerusakan hutan relatif kecil. Pada kegiatan inventarisasi
tersebut menemukan 51 jenis Anggrek dari 29 genus (Sulistyono, 2011).
Populasi terbesar didominasi jenis
Dendrobium sagitattum, sedangkan jenis Dendrobium
mutabile paling luas distribusinya. Jenis Peristylus monticola, Dendrobium
crumenatum dan Eria hyacinthoides
adalah jenis dengan jumlah paling sedikit dan terbatas. Hasil penelitian di
laboratorium menunjukkan jenis Anggrek pandan ‘Vanda tricolor Lindl’
mengalami hambatan perkembangan karena pengaruh abu erupsi Merapi. Padahal Vanda tricolor adalah jenis Anggrek
langka, dilindungi serta merupakan flagship
species dari TNGM.
Program Adopsi
Anggrek sendiri yang digagas TNGM adalah program penyelamatan Anggrek Merapi
yang terancam punah. Program ini dilakukan dengan menghimpun donasi dari Adopter yang dititipkan pada Perkumpulan
Pelestari Anggrek Merapi dengan jangka waktu selama 2 tahun. Anggota
perkumpulan ini adalah masyarakat dusun Turgo yang berpengalaman dalam
penyelamatan Anggek Merapi.
Selain untuk
menyelamatkan Anggrek Merapi yang hampir punah, Adopsi Anggrek juga bertujuan untuk
menjaga kelestarian hutan Merapi. Melalui Adopsi Anggrek berarti juga menjaga
pohon yang menjadi inang anggrek untuk terus hidup lestari. Manfaat lainnya
adalah ikut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Merapi.
Adopsi Anggrek
yang di-launching pada hari Sabtu, 21
Februari 2015 di dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman juga
bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal masyarakat Merapi. Adopter akan
diajak keliling menyaksikan kearifan lokal masyarakat Turgo yang telah menjaga
Anggrek Merapi dari kepunahannya. Adopter juga akan memperoleh suguhan minuman teh asli Merapi yang
diracik secara khas oleh masyarakat Turgo.
Kemalang-Klaten,
18 Februari 2015
Poster Adopsi Anggrek TNGM