Tahun 2006) saya pernah menulis refleksi akhir tahun untuk website remaja masjid (FSRMY) yang saya upload lagi di http://arif-sulfiantono.blogspot.com/2015/01/akankah-kita-seperti-ini-terus-refleksi.html. Refleksi tersebut adalah sindiran dan tantangan untuk pemuda-remaja masjid agar bangkit bersama ilmu. Dan ilmu tersebut dimulai dengan membaca!
Hampir 9 tahun
kemudian tulisan tersebut ternyata masih diperoleh pelajaran. Betapa generasi
muda muslim terutama pemuda-remaja masjid masih saja belum bangkit, belum
terlihat dan terdengar ‘suara’nya di zaman komunikasi & informasi ini.
Masjid-masjid
masih sedikit jamaah dari kaum muda atau remajanya. Walaupun masjid terletak di
pinggir jalan maupun dekat pusat keramaian, masjid masih saja tetap sepi.
Kondisi ini
mengingatkan akan perjuangan Ulama dan Mujaddid terkenal dari Turki,
Badiuzzaman Said Nursi. Beliau keliling ke penjuru Turki untuk memberi
pencerahan pada ummat Islam agar bangkit, kembali kepada Al-Quran. Pada zaman
tersebut (saat Sultan Abdul Hamid II berkuasa) pendidikan di Kekhalifahan Turki
Usmani mulai terpengaruh pendidikan Eropa. Sekulerisme dan Atheisme masuk ke
pendidikan, bahkan banyak pejabat penting menjadi tokohnya.
Pada novel biografi karya Habbiburrahman Shirazy (2014), alkisah Said
Nursi pernah tinggal di rumah Iskodrali Thahir Pasya, seorang Gubernur di Van.
Thahir Pasya adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia memiliki
perpustakaan dengan koleksi sangat kaya. Rumahnya juga tempat pertemuan para
intelektual dan cerdik cendekia, termasuk guru-guru dari sekolah sekuler.
Thahir
Pasya ingin Said Nursi ikut terlibat dalam diskusi.Namun, ia dengan
cepat menyadari bahwa selama ini ilmu yang ia tekuni adalah ilmu agama,
sementara sebagian dari para cerdik cendekia itu adalah para pakar di bidang
ilmu umum modern, seperti sejarah, geografi, matematika, fisika, kima,
astronomi, dan filsafat.
Said Nursi menyadari bahwa cara berpikir mereka
sebagian besar adalah cara berpikir sekuler. Maka ia tidak akan bisa
menyampaikan kebenaran ajaran Islam dengan baik kepada mereka, jika tidak
menguasai bidang yang mereka kuasai.
Akhirnya Said
Nursi bekerja keras mempelajari hampir semua jenis ilmu modern dengan sangat
serius di perpustakaan pribadi Thahir Pasya. Said Nursi tidak keluar dari
perpustakaan kecuali untuk shalat berjamaah di masjid dan menyampaikan kuliah
agama.
Suatu saat Said
Nursi ditantang berdebat tentang kejadian alam oleh pakar ilmu alam yang pernah
belajar di Eropa. Untuk mempersiapkan diri berdebat, Said Nursi membaca buku
fisika, geologi, geografi dan melumat habis semua buku yang berkaitan dengan
ilmu alam. Dalam rentang 24 jam dia sudah siap berdebat.
Beijing Linye Daxue, June 25, 2014 (www.apfnet.cn)
Semua pertanyaan
pakar ilmu alam itu dapat dijawab dengan mudah dan memuaskan, sehingga dia
bungkam dan kehabisan kata-kata. Pakar ilmu alam itu akhirnya mengakui
keluasaan ilmu Said Nursi dan kedalaman hikmahnya, dan dia berkata:
“Saya ingin mendapat pencerahan dari Anda. Ada sebuah teori yang mengemukakan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, bukan dijadikan oleh Tuhan. Apa pendapatmu?”
“Saya ingin mendapat pencerahan dari Anda. Ada sebuah teori yang mengemukakan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, bukan dijadikan oleh Tuhan. Apa pendapatmu?”
“Itu adalah
teori yang diucapkan oleh mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Jadi mereka
lebih dulu tidak percaya kepada Tuhan, baru melahirkan teori itu. Adapun bagi
mereka yang percaya adanya Allah, mereka yakin alam semesta ini ada yang
menciptakan dan tidak terjadi dengan sendirinya. Demikian juga mereka yang
berpikiran jernih dan menggunakan akalnya untuk berpikir, pasti akan mengatakan
bahwa alam ini ada yang menciptakan.”
“Apa dalil alam
ini ada yang menciptakan?”
“Apakah pakaian
yang Anda pakai itu terjadi dengan sendirinya?” Said Nursi balik bertanya.
“Pakaian ini ada
yang menjahitnya. Kainnya ada yang menenunnya.”
“Apakah kursi
yang Anda duduki terjadi dengan sendirinya?”
“Ada yang
membuatnya. Tukang kayu yang membuatnya.”
“Apakah gedung
tempat kita diskusi ini juga terjadi dengan sendirinya? Tiba-tiba ada gedung
begitu saja?”
“Tidak gedung
ini jelas ada yang merancang dan membangunnya dengan teliti dan detal.”
“Coba dipikir.
Kalau hal-hal yang sederhana seperti pakaian, kursi, dan gedung saja tidak bisa
terjadi dengan sendirinya, terus bagaimana dengan alam semesta yang sedemikian
luas dan sangat rumit aturannya. Apakah bisa terjadi dengan sendirinya tanpa
ada yang merancang, menjadikan dan menjaganya? Akal sehat akan mengatakan alam
semesata ini pasti ada yang menciptakan dan menjaganya. Dan yang bisa
menciptakan dan menjaganya hanyalah Dzat yang Maha Kuasa, dialah Allah SWT.”
Beijing Forum @ Beijing University 5-9 November 2015
Akhirnya pakar
ilmu alam itu bungkam dengan hujjah kuatnya Said Nursi.
Badiuzzaman Said
Nursi tetap berdakwah keliling Turki menjelaskan pentingnya pelajaran agama.
“Agama
adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang
akal.”
Ah .. tiba-tiba merindu
munculnya Said Nursi-Said Nursi muda dari Masjid, Mushola, Surau ..
Isyhadu
bianna muslimuun
Patangpuluhan,
5 Januari 2015 pukul 21.45 WIB
ditulis untuk DPD BKPRMI Kota Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar