18
Juni 2013
Sekitar pukul
14.20 waktu Beijing, minibus asli buatan China dengan kapasitas sekitar 25
orang berangkat dari kampus Beijing Forestry University. Total penumpang (plus
sopir)ada 18 orang, dari kita (APFNet student) 8 orang.
Aku duduk di
kursi nomor dua dari belakang dengan Adli. Kursi paling belakang penuh tas
& koper, karena tiap orang bawa 1 tas & 1 koper.
Kondisi dalam
mobil lumayan panas, padahal semua lubang AC sudah dibuka. Sepertinya ada yang
bermasalah dengan freon AC. Sekitar 45 menit perjalanan aku tertidur dengan memakai
masker karena bau asap solar minibus yang menembus dari jendela sopir yang
dibuka.
2 jam keluar
Beijing pemandangan masih pegunungan batu dan tumbuhan semak. 1 jam berikutnya
lumayan bagus. Beberapa kali kita
melewati terowongan gunung.
Memang China
hebat dalam pembangunan. Daerah terpencil di pegunungan dibuat terowongan
menembus pegunungan berbatu. Dari panjang sekitar 3 Km sampai sekitar 6-7 km.
Juga ada
beberapa jembatan layang. Jadi jembatan layang di China tidak hanya untuk
mengurangi kemacetan di kota, tapi untuk membuat nyaman transportasi. Sangat berbeda
dengan kondisi di tanah air yang membangun jembatan layang di kota.
Alhasil walaupun
melewati pegunungan, kita tidak naik turun seperti di daerah Gunung Kidul, tapi
hanya berkelok-kelok saja, karena menembus gunung batu lewat terowongan.
Beberapa kali juga melewati pembangunan jalan raya, jalan layang
dan terowongan. Pemandangan lahan pertanian seperti sawah padi, jagung, dengan
pemukiman khas pedesaan China juga kelihatan. Berulang kali aku memotret lewat jendela
minibus yang aku buka.
Kita berhenti 2
kali untuk istirahat. Pertama di pom bensin yang ada rest room. Aku tidak ke
kamar mandi, hanya beli 1 botol milky tea dingin. Lumayan juga harganya, 7 CNY.
Di toko kampus sekitar 3-4 CNY.
Istirahat kedua
juga di pom bensin, hanya lebih kecil. Tidak ada toko makanan-minuman, hanya
ada toilet. Itupun toiletnya sangat kuno, hanya sekat tembok & lubang,
tanpa air. Alhasil sangat bau sekali.
Terpaksa aku
kencing disini. Aku siram pakai air minum putih dan aku keringkan dengan tisu. Peralatan
standar yang harus senantiasa di bawa jika di China.
Sekitar pukul
19.30 sampai daerah Kalaqin Banner, Chifeng Municipality, Inner Mongolia
Province. Mayoritas jalan baru dibangun dan diperbaiki.
Pukul 20.00 baru
sampai lokasi hotel Lin Hai, di sebuah kawasan kota kecil yang kelihatannya
belum lama dibangun.
Kami langsung
masuk hotel. Cukup bagus hotelnya. Aku sekamar dengan Adli, dobel bed, KM
dalam. Lumayan fasilitasnya. Hanya sayang tidak ada fasilitas wifi.
Kemudian kita
menuju kantor kehutanan, tepatnya kantor Wangyedian Forest Farm untuk dinner.
Aku kira makan di restoran, ternyata emang di restoran, tapi restoran kantor..
Seperti biasa
beberapa lauk keluar duluan, baru terakhir nasi. Walaupun ada daging ayam, tapi
aku tidak makan. Untuk aman karena bukan di restoran muslim aku pilih makan sayuran
saja. Untung lumayan enak. Minumnya teh, sprite dan juice. Yang lain minum bir.
Alhamdulillah lumayan kenyang juga. Sepertinya 5 hari ke depan akan jadi vegetarian neh .. J
Alhamdulillah lumayan kenyang juga. Sepertinya 5 hari ke depan akan jadi vegetarian neh .. J
Pukul 21.30 kami
kembali ke hotel dengan jalan kaki, karena dekat. Adli & Digambar mampir
toko untuk beli kartu remi dan shampo. Aku lihat tokonya cukup lengkap, ada sosis halal juga.
Kapan-kapan bisa beli neh.
19
Juni 2013
Alarm hp
berbunyi pukul 02.45. aku segera bangun untuk menunaikan sholat subuh. Kemudian
tidur lagi. Pukul 04.55, sinar matahari sudah menerobos jendela kamarku, room 204
yang memang tepat di pojok lantai 2, jadi sinar matahari full menerangi kamar.
Aku segera buat
kopi panas, cap teko-silungkang, kopi asli Indonesia.
Begitu masuk
tenggorokan, langsung tubuh terasa fresh. Aku lihat pemandangan luar sangat
indah. Kota kecil ini dikelilingi perbukitan yang masih hijau.
Aku bawa hp,
kamera dan dompet, kemudian jalan-jalan keluar. Petugas hotel masih tidur.
Udara di luar
cukup dingin, seperti di daerah Kaliurang. Tapi aku tetap pakai kaos dan celana
bawah lutut saja. Seorang petugas kebersihan menyapaku, “Leng bu leng?” Tidak
dingin?” aku jawab, “Bu leng, xiexie” Tidak dingin, terima kasih.
Beberapa warga kelihatan sudah mulai beraktifitas.
Beberapa warga kelihatan sudah mulai beraktifitas.
Hei, that’s
Inner Mongolia!!
Tidak percaya
aku bisa menjejakkan kaki di sini!
Uupppzztttt …
aku hirup udara pagi yang sangat segar.
Bentuk kota
kecil ini mirip dengan kota dalam film koboi Amerika jaman dahulu. Bentuk jalan
lurus, dipinggir jalan penuh toko, hotel dan restoran. Di belakang bangunan
pegunungan hijau, termasuk belakang hotel yang aku tempati.
Beberapa toko
sudah mulai buka. Ada penjual sayuran yang menaruh dagangannya di di pinggir
jalan, depan toko rumah tangga. Pelajar sekolah tingkat SD-SMP juga mulai
berangkat dengan jalan kaki. Beberapa kali mobil angkutan hasil pertanian
berupa truk roda 3 tampak hilir-mudik.
Aku menemukan
satu restoran yang sepertinya restoran muslim. Yang membedakan dengan di
Beijing, papan namanya berwarna biru, bukan hijau. Nanti malam bisa dicoba
dengan Adli dan Hasan neh.
Heeii, aku juga
menemukan sebuah bus yang bagian dalamnya ada tempat tidur penumpang. Persis pada
catatan Oase yang diceritakan seorang Backpacker Indonesia di Kompas online
saat melakukan perjalanan ke Tibet.
Wangyedian forest farm meeting room, 10.00 waktu Inner Mongolia
Blog yang bagus.... semoga terus berkembang.... Good blog and informative.... keep-up the good work... May I share an article about the Longji Rice Fileds in Guilin , China, in http://stenote.blogspot.com/2017/12/longji-rice-terraces.html
BalasHapusWatch also in youtube https://youtu.be/-FEADXHsiSM