Untuk menuju apartemenku, aku harus
berjalan sekitar 500meter melewati gedung Museum
of BFU, Library of BFU, Classroom
Building dan beberapa apartemen mahasiswa. Tiba di apartemen nomor 7 aku
diminta masuk, di samping pintu masuk adalah kamar nomor 701.
Lantai apartemen berupa keramik.
Sempat aku lihat ada dapur dan mesin cuci. Kompor tidak ada. Kemudian aku
mengikuti bapak petugas tersebut naik ke atas melewati tangga kayu “partikel board”. Kamarku ternyata nomor
704, berada paling pojok. Depan kamar adalah kamar nomor 702 dan 703.
Kamarku seukuran sekitar 6 x 2 meter.
Ada rak buku yang jadi satu dengan meja belajar dengan kursi office; almari pakaian besar; dan spring bed besar dengan sprei berwarna putih, 1 bantal,
dan 1 selimut besar-tebal. Tas ransel aku masukkan ke dalam almari.
Fasilitas kamar = Meja belajar dan kursi office
Fasilitas kamar= big sofa & almari
Kemudian Bapak petugas tersebut
menjelaskan dalam Bahasa Mandarin dimana aku jelas tidak memahaminya. Intinya
listri di kamarku dan kamar umum belum bisa nyala, dan aku ditunjukkan pusat
listrik yang harus dihidupkan dengan semacam pulsa listrik dari sebuah kartu.
Akhirnya aku diminta untuk mengikutinya lagi.
Kali ini jalannya cukup jauh, sekitar
600 meter dari apartemen. Melewati gedung International
Student Office. Ternyata Bapak tersebut mengajakku untuk membeli pulsa
listrik 2 buah seharga masing-masing 20Yuan. Kemudian kami langsung balik ke
apartemen.
Akhirnya aku ditunjukkan cara
mengoperasikan listrik, termasuk menyalakan lampu dan AC kamar. Untuk kamar
mandi dan WC ada di bawah; kami gunakan berempat seandainya semua kamar terisi
penuh.
Kemudian Bapak tersebut pamit keluar
lagi. Aku kembali masuk ke dalam kamar. Aku keluarkan barang-barang yang ada di
dalam 2 tas, kemudian aku taruh di meja belajar. Pakaian aku masukkan ke dalam
almari.
Karena capek, aku putuskan mandi.
Dengan memakai shower, aku mandi air
hangat. WC ada di sebelah kamar mandi. Tidak ada ember satupun, termasuk
gayung. Wah nanti harus cari untuk beli nih.
Setelah mandi kemudian aku sholat
dhuhur dan ashar dengan jamak qashar. Bingung menentukan arah kiblat. Aku lihat
keluar, aku putuskan untuk berlawanan dengan arah matahari tenggelam. Khusyuk
aku sholat, karena berada dalam kesendirian dan kesepian.
Setelah sholat aku putuskan untuk tidur. Sangat susah. Aku tenggelam dalam
kesepian. Baru pertama kali ini aku mengalami benar-benar kesepian. Teringat
rumah. Ingat istri dan lucunya anak-anak.
Beberapa saat kemudian aku ingat untuk
menelpon Peter agar besok pagi bisa mengantarku ke KBRI agar aku dapat
informasi tentang mahasiswa Indonesia yang sekolah di BFU atau tempat lain yang
dekat. Karena belum mempunyai nomor China aku piker harus kembali ke
International Student Office untuk pinjam telpon.
Kemudian aku kenakan pakaian eiger
hijau lagi dan memakai sepatu. Tak lupa kamera dan paspor senantiasa aku bawa.
Bangunan utama BFU. Di sekelilingnya banyak gedung seperti ini.
Aku berjalan lagi 500 meter menuju
Office. Kucoba ambil jalan lain. Ternyata ada toko swalayan di pojok jalan. Aku
coba masuk ternyata menjual barang-barang dan makanan untuk kebutuhan
sehari-hari mahasiswa, seperti sabun, alat2 tulis, dan snack-minuman. Aku
keluar lagi, nanti saja belanja.
Tiba di gedung Office sebelum masuk
ke dalam ruangan 322 aku bertemu dengan lelaki Afrika yang tentu saja berkulit
hitam. Aku sapa dia dan aku ajak kenalan. Dia berasal dari Mali, Afrika,
mahasiswa PhD.
Allahu Akbar! Mahasiswa yang bernama
Hamid Senou tersebut ternyata muslim. Aku Tanya arah kiblat ternyata arahnya
sama dengan yang aku praktekkan. Dia ternyata sudah tahu aku, karena istrinya
sudah menceritakannya. Apartemennya berada di sebelah kanan apartemenku, nomor
9, paling ujung.
Kemudian aku putuskan untuk pinjam
HPnya agar aku dapat menelpon Peter. Dia dengan senang hati meminjami HPnya.
Aku telpon Peter untuk meminta tolong besok mengantarku ke KBRI untuk
menyerahkan surat ke Atase Pendidikan dan mencari data mahasiswa Indonesia.
Peter sanggup mengantarku besok pada pukul 08.00 pagi, dengan ketemuan di
gedung Office.
Sebetulnya aku ingin pinjam HPnya
lagi untuk sms orang rumah yang aku yakin menunggu kabarku. Tapi sayang HPnya
Hamid tidak bisa untuk berkomunikasi ke luar negeri.
Aku Tanya kepadanya jadwal sholat di
Beijing. Waktunya ternyata mirip dengan Indonesia, jika aku ganti jam di HPku
menjadi maju 1 jam, sesuai waktu di China. Shubuh sekitar jam 04.30; Dhuhur
12.00 - 14.00; Ashar 15.00 – 16.00; Maghrib 18.50; Isya pukul 21.00.
Hamid ternyata baru 1 tahun di BFU.
Dia mengajak istrinya yang baru dinikahi 3 tahun yang lalu. Mereka belum
dikaruniai anak. Dia sengaja mengajak istrinya, karena godaan iman lumayan
berat. Banyak mahasiswi China yang cantik-putih memakai pakaian mini, tiap hari
seperti kontes fotomodel.
Kemudian aku bilang ke dia, wah
berarti aku besok juga mengajak istri nih. Dia menyarankan agar aku tidak usah
mengajak istri karena waktu yang tidak terlalu lama. Aku jadi berpikir kalau
begitu aku harus banyak berpuasa nih, puasa Daud untuk menjaga iman dan dapat
menghemat uang. Minimal untuk pekan ini puasa Syawal dulu
Kemudian aku minta tolong lagi kepada
Hamid agar mau menunjukkan dimana lokasi Kantin Kampus yang menjual makanan
halal. Akhirnya aku diajak untuk mengikutinya. Hamid kemudian mengambil
sepedanya dan menuntun sambil berjalan di sampingku. Mayoritas mahasiswa di
sini menggunakan sepeda, hanya sedikit yang menggunakan sepeda listrik. Tidak
ada yang menggunakan sepeda motor, apalagi mobil. Banyak sepeda yang diparkir
di depan beberapa gedung.
Kami berjalan sekitar 100an meter.
Ternyata lokasi Kantin halal ada di samping toko tempat aku membeli pulsa
listrik. Lokasi kantin ada di lantai 2 di sebuah gedung. Karena aku belum
mempunyai Student Card, aku membeli nasi sayur dengan uang Cash. Aku tunjukkan
sayur yang aku pilih, termasuk satu gelas Coca-cola.
Minuman soda aku butuhkan untuk
menghilangkan rasa mual yang masih saja aku rasakan. Semuanya hanya 4,5Yuan.
Sangat murah. Mungkin kalau aku sudah punya Student Card dapat lebih murah
lagi. Aku minta kepada Hamid untuk ngomong kepada pelayan agar makananku dibungkus
saja.
Keluar dari Kantin halal aku minta
Dia untuk menunjukkan lokasi dimana aku bisa beli kartu perdana China agar aku
dapat memberitahu rumah, terutama istri. Kemudian kami turun ke lantai dasar
dan masuk ke dalam gedung. Ternyata ada toko kecil yang menjual pulsa dan kartu
perdana, serta beberapa accesoris HP tepat di bawah tangga.
Kata Hamid, di China tiap orang hanya
mempunyai satu nomor. Mungkin ini adalah salah satu cara Pemerintah China dalam
mengelola saluran komunikasi penduduknya sehingga dapat teramati dengan cermat.
Cukup lama aku menunggu proses
pembuatan kartuku. Hampir 30 menit. Kemudian aku diminta membayar 150Yuan untuk
kartuku. Cukup mahal juga. Kata Hamid itu untuk membeli IP: 17968, nomor HPku
adalah 188 1158 9270. Kemudian aku diminta untuk mencoba menelpon dia, ternyata
bisa. Kemudian aku sms ke istri, dengan terlebih dahulu meng-edit nomor istri
menjadi +62.
“Alhmdlh sampe kampus td siang, udah
dpt asrama & uang 2100Yuan. Ini dpt kenalan mhsw PhD dr Mali,Muslim.Ayah
minta tlng dia ngajari macem2, tmsk beli perdana 150.”
Allahu Akbar ternyata delivered.
Beijing, 5 September
2012, pukul 00:55 waktu China
Sabar ya Brother...aq juga pengen punya pengalaman sekolah ke luar negeri tapi pengen kursus Inggris dulu
BalasHapuswew mas... so sad,pengen nangis... terus berjuang demi meraih cita ya,semoga selalu dalam lindunganNya.Amien
BalasHapusbuat Mas-Rois-ku Muslim (hehee)= jazakallah khair masbro, mohon doanya agar dimudahkan & dilancarkan .. Smg ente jg segera dpt beasiswa LN, tp kayaknya harus nikah dulu deh, biar dimudahkan oleh Allah ..:-)
BalasHapusbuat adikku Bety= berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian .. bagian dari proses pembelajaran diri, mohon doanya ae & titip bapak-ibu di rumah .. jzkhr
yeni pengen nulis juga jadinya,
BalasHapusblog yeni dah di penuhi sarang laba2 x ya, saking ga pernah di tengok:)