Ya
Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah SWT? Rasulullah SAW menjawab,
“Sholat tepat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “kemudian apa lagi?”
Rasulullah SAW menjawab, “berbakti kepada orang tua”. Ibnu Mas’ud bertanya
lagi, “kemudian apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “berjihad di
jalan Allah”. (HR. Mutafaq-alaih)
Sebelum berangkat ke China, beberapa teman yang sudah pernah tinggal di Luar Negeri pernah menceritakan lumayan susahnya menegakkan sholat. Dia sampai berwudhu di wastafel dan sholat di kamar mandi. Ternyata benar.
Di apartemen
kampus jauh dari masjid. Aku dan teman-teman muslim harus naik bus sejauh 8-10
Km untuk menjalankan sholat Jumat. Di luar itu kami sholat di dalam apartemen.
Berwudhu di
wastafel aku jalankan saat istirahat kuliah selama 20 menit. Ada kuliah
Kehutanan dari pukul 13.30 sampai 17.00. Waktu sholat ashar adalah pukul 15.30.
Aku sangat ingin
tetap menegakkan sholat di awal waktu, seperti saat di Jogja aku senantiasa
sholat berjama’ah di masjid.
Saat istirahat
kuliah Ekologi Hutan, aku menuju toilet untuk berwudhu dalam wastafel. Kaki
juga aku basuh dalam wastafel. Oh iya, orang China rata-rata jorok dalam
toilet. Sebagian toilet bau pesing dan kotor, karena hanya sedikit yang mau
menyiram dengan air. Teman-teman Indonesia sampai tidak mau PUP di dalam toilet
umum.
Saat bepergian,
termasuk kuliah aku selalu membawa 1 botol plastik air minum kosong yang aku
gunakan untuk membersihkan hadas kecil. Beberapa teman ada yang memakai tisu,
tapi aku lebih mantap menggunakan air.
Selain botol
plastik, di dalam tasku juga ada kertas Koran yang aku siapkan seandainya aku
sholat tidak di dalam masjid atau apartemen. Untuk
menentukan arah kiblat aku gunakan HP Samsung pocket Android. Aku hidupkan WIFI
dan GPS, sehingga mudah untuk mencari arah Kiblat.
Tiap lantai
gedung kuliah ada satu ruangan kosong untuk istirahat dosen. Saat itu dalam
ruangan kebetulan ada Prof. Sun Jianzi, pengajar Ekologi Hutan. Aku kemudian
minta ijin menggunakan ruangan sebentar untuk beribadah. Beliau mengijinkan.
Akhirnya sholat
ashar dapat aku jalankan di awal waktu. Sayang, teman lain yang muslim aku ajak
tidak mau dengan alasan celananya kotor. Padahal aku sangat tahu bahwa kuliah
selesai sangat mepet dengan waktu maghrib. Berat memang hidup ditengah-tengah
masyarakat mayoritas non-muslim.
Selain
keterbatasan ruang ibadah, kendala lain juga alat untuk berwudhu, terutama saat
dingin menyergap. Seperti 2 hari lalu kondisi lumayan dingin, mandi harus pakai
air hangat.
Untuk menyiasati
tidak kedinginan saat wudhu, aku buat alat penampung air wudhu dari bekas botol
air mineral kapasitas 5 Liter.
Bagian atas aku
lubangi besar untuk mengisi air hangat dari wastafel, sedang bagian bawah aku
lubangi kecil sebagai ‘pancuran’ air wudhu. Akhirnya botol air mineral yang
tidak terpakai menjadi bermanfaat. Berwudhu-pun menjadi tidak dingin, terutama
saat musim winter (dingin) satu bulan lagi.
Bekas botol mineral ukuran 5 Liter untuk alat wudhu air hangat
Sungguh aku
merindukan suasana masjid, terutama setelah maghrib saat mengajar Iqro
anak-anak. Suasana anak-anak riuh dan gembira di masjid betul-betul membuat
kangen ..>;<..
Beijing,
30 September 2012, pukul 20.20 waktu China
menarik dan mengingatkan, ironinya justru yang sekarang banyak kemudahan untuk sholat malah sering telat ya...
BalasHapus