Hari kedua di
Beijing, aku sangat ingin menjalankan puasa Syawal. Aku tidak tahu mengapa
keinginan berpuasa sangat menggebu-gebu, mungkin aku sangat kesepian. Hanya
Allah-lah teman terdekat. Sebelum sahur hari pertama aku sempatkan untuk sholat
tahajud dahulu. Saat itulah sholatku benar-benar khusyuk. Surat Ar-Rahman yang
aku lantunkan sampai meresap dalam hati.
Masjid Niu Jie, masjid tertua di China, terletak di kampung muslim di Beijing
Aku sahur dengan
1 butir telur asin yang aku bawa dari rumah Jogja; roti sobek sisa yang aku
beli di Jakarta; dan minum sari kurma panas. Air panas aku peroleh dari
wastafel, karena aku belum punya alat pemanas. Air wastafel aku setel sangat
panas, mungkin menyamai suhu air mendidih. Sebetulnya aku tahu kalau air
wastafel kurang begitu jernih, tapi dengan mengucap Bismillah tetap aku minum
karena terpaksa. Puasa hari ketiga aku sudah membeli teko listrik seharga
20Yuan.
Alhamdulillah
aku dapat menjalankan ibadah puasa Syawal penuh tanpa putus. Secara fisik tidak
terlalu terasa lapar, karena masih berdekatan dengan puasa bulan Ramadhan. Akan
tetapi, badan terasa capek, terutama kaki, karena satu minggu ‘dipaksa’ jalan
kaki 1-3 Km tiap hari untuk mengurus registrasi. Memang orang-orang China
terkenal dengan budaya jalan kaki dan bersepeda.
Selesai
menjalankan puasa Syawal aku berniat meneruskan puasa Daud, setelah aku beri
waktu 1 hari tidak puasa. Insya Allah niatku berpuasa Daud mengharap ridho
Allah, agar betul-betul diberi kesehatan dan keselamatan, terutama keimanan
selama studi di China. Selain itu juga ada niat untuk menghemat pengeluaran,
karena di sini aku betul-betul hidup dari uang beasiswa, sisa uang beasiswa
harus dapat aku gunakan untuk ongkos transportasi saat pulang ke Jogja. ATM
gaji aku serahkan istri untuk keperluan keluarga.
Hari-hari
pertama aku menginjakkan kaki di China, saat pertengahan akhir dari musim
panas. Aku sangat kaget saat melihat beberapa wanita China maupun mahasiswi
yang berpakaian mini dengan short-skirt
(rok/celana pendek) yang memperlihatkan ‘putihnya’ ujung kaki sampai paha atas.
Pakaian itu juga mereka gunakan saat
kuliah dalam kelas.
Aku bandingkan
dengan teman mahasiswi dari Barat, seperti Eve dari USA malah berpakaian lebih
sopan. Aku belum pernah melihat Eve memakai short-skirt,
apalagi dalam kelas.
Oleh karena itu,
puasa Daud sangat aku perlukan untuk menjaga keimanan, disamping harus Ghodul Bashor (menundukkan pandangan)
saat berjumpa dengan ‘wanita’ penggoda iman.
Teman dari LIPI
yang sebut saja namanya Tayo, yang juga sedang kuliah S2 di Beijing pernah
menceritakan pengalaman pribadinya. Oh iya, Tayo saat ini tahun kedua di
Beijing, 1 tahun lagi dia lulus dari Akademi Animal China. Tayo bercerita
pernah diajak berhubungan seks dengan wanita pegawai kantor Universitasnya.
Tayo mengatakan
bahwa dia sudah beristri dan mempunyai anak. Wanita itu malah mengatakan kalau
dia ingin mencoba dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. “Alhamdulillah mas,
aku dapat menolaknya,” kata Tayo.
Wanita itu
bertipe “Sex for Partner”, artinya
berhubungan seks tanpa ada jalinan pacar apalagi pernikahan. Just for fun, hanya untuk pemuasan
nafsu. Naudzubillahi min dzalik …
Pernah dalam
Universitasnya Tayo ada 2 kejadian ketahuan membawa wanita masuk ke dalam kamar
apartemennya. Akhirnya mereka dipermalukan di depan umum dengan memasang
pengumuman melalui poster ditempel; serta didenda 2000 Yuan (1 Yuan= Rp.
1500,-).
“Kalau
mujahid-mujahid berjihad dalam berperang, kita disini juga berjihad mas,”
tambah Tayo.
Yah, aku sangat
setuju dengan ucapannya. Kami menyadari sebagai seorang laki-laki normal dan sudah
menikah, kami sangat lemah dalam menghadapi godaan wanita. Apalagi
wanita-wanita China banyak yang cantik-cantik.
Hanya dengan
bekal ibadah dan pertolongan dari-Nya semoga kami tetap istiqomah dalam
keimanan. Amiin.
wah, rajin banget nulisnya, ntar jadi otobiografi neh...hebat, trus menulis ya, trus dibukukan. 20 tahun yang akan, akan jadi sejarah yang tak terlupakan dan berharga buat anak cucu..he he
BalasHapustetap semangad dalam berjihad! ketika lingkungan berkonspirasi membentuk godaan, azam diri untuk bertahan dalam prinsip menjadi kunci penguat agar godaan tidak mampu merusaknya, selebihnya Allah menjadi satu-satunya harapan.
BalasHapus